BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalahnya
       Pendikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena  dengan pendidikan dapat menjadikan manusia berpengetahuan, bermoral dan bermartabat. Tanpa pendidikan,manusia akan terbelakang dan sulit berkembang. Orang lain akan mudah memperdaya seseorang karena tidak memiliki pengetatuan.Segala sesuatu yang dilakukan akan bernilai baik jika sebelumnya mendapat pendidikan. Pendidkan sifatnya mutlak dalam kehidupan seeorang keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya suatu pendidikan itu.
       Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan,maka pendidikan harus dilakukan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga kependidikan sampai paa usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal, social maupun professional harus benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.
       Pendidikan sebagai landasan pembanunan yang berkelanjutan merupakan aspirasi yang biasa diterima banyak pihak yang sering  diucapkan sebagai janji politibaik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Pendidikan untuk penbangunan cekultural dan structural, kesadaran politi sangat berperan bagi tumbuhnya pendiddikan yang bermutu. Partisipasi masyarakat dalam memajukan pendidikan di Indonesia nampak jelas  kemer sejak sebelum kemerdekaan. Kesadaran dan partisipasi masyarakat itu patut dihargai namun tidak akan membuahkan hasil secara optimal jika proses dalam dimensi structural tidak berjalan dengan seimbang.
       Dengan semakin berkembangnya dalam pendidikan  maka semakin banyak muncul di Indonesia lembaga-lembaga pendidkan yang hanya mengejar keuntungan tanpa menyadari arti dan tujuan pendidikan.
       Mendirikan lembaga pendidikan yang tujuannya untuk ikut mencerdaskan bangsa kita yang selama ini masih masih memprihatinkan masalah pendidikan, walaupun demikian, perlu kita waspadai bahwa banyak oknum-oknum yang dengan sengaja mengambil keuntungan dari kejadian tersebut dengan mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia tanpa memprihatinkan fasilitas pendukung dunia pendidikan untuk mencapai tujuan yang memuaskan dalam mengasilan sumber daya manusia yang ada.
       Hal yang sama juga dialami pada bahan ajar. Kemampuan ilmu pengetahuan dan eknologi berpengaruh terhadap bahan ajar, sementara itu bahan ajar  yang diharapkan mampu memberikan penanaman nilai-nilai moral dalam perilaku siswa sehari-hari. Pendidikan yang hanya menenankan aspek pengetahuan (kognitif) saja akan mengakibatkan siswa tidak berkembang menjadi manusia yang utuh, melainkan dapat berakibat negative dengan terjadinya bermacam-macam tindakan tidak terpuji, seperti tawuran,penyalahgunaan narkoba, membolos dan lain-lain.
       Pendidikan pun selalu berkenaan dengan pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidkan tersebut sangat terantung  pada manusia pula. Pelaksanaan pendidikanlah yang paling menentukan berhasil tidaknya atau baik buruknya mutu pendidikan bagi anak atau siswa adalah guru. Selanjutnya keberhasilah tersebut dipengaruhi juga pengetahuan dan penggunaan metode,serta teknik mengajar yang diterapkan.
       Selain ilmu pendidikan guru juga memegang peranan penting.Hampir tanpa kecuali, guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Memang benar, ada masyarakat  yan mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit daripada masyarakat yang lain. Namun demikian, masih ada yang menyaksikan basarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk pula masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang diinginkan. Banyak orang tua yang kadang-kadang cemas akan kemampuan guru anak-anak mereka itu sewaktu menyaksikan anak-anak mereka berangkat kesekolah.Dan guru-giuru setelh beberapa bulan pertama mengajar, pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaru-pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembentukan akal budi siswa-siswa mereka. Sayang sekali,kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seseorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk mengajar dengan pertimbangan-partimbangan yang saksama.
       Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang mempengaruhi ketidakaktifan murid pada saat proses belajar berlangsung antara lain :
a.    Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
b.    Kurangnya konsentrasi dalam belajar
c.    Kurangnya rasa percaya diri
d.    Guru kurang persiapan dan tidak menguasai materi pelajaran.
e.    Guru cenderung menggunakan satu metode saja,sehingga siswa merasa bosan.
f.     Siswa takut untuk bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti atau mengemukan gagasanya
       Beberapa hal tersebut diatas dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada gilirannya dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh sehingga tidak mencapai hasil yang didnginkan oleh seorang guru.
       Untuk mengetahui masalah belajar tertama mengambil  keaktifan siswa dalam belajar maka guru perlu menagadakan pendekatan pribadi dalam berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat mengenal dan memahami siswa serta asalah dalam belajar karena keberhasilan dalam belajar merupakan muara dari seluruh aktivis yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, maka sretiap guru harus berupaya secara optimal memahami berbagai factor yang memahami terjadinya hambatan dalam proses belajar dan pembelajaran.
       Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang kurang aktif maka seorang guru harus memberikan suatu pendekatan khusus yakni dengan memberikan suatu penguatan. Pemberian penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku. Dengan pemberian penguatan siswa akan lebih bermotivasi dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
       Karena itu harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, secara khusus memilih dan menentukan metode sesuai dengantujuan hendak dicapai, memahmi bahan pelajaran sebaik mungkin. Setiap mengajar, guru perlu melaksanakan hal-hal yang bersifat rutin,bertanya kepada siswa,menerangkan pelajaran dengan suara yang baik dan mudah ditangkap serta guru sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan atau pendapat siswanya kemudian guru pun bisa member penguatan kepada siswanya dengan tujuan supaya lebih meningkatkan motivasi siswanya.
       Sehubungan dengan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji secara deskriptif tentang  “MENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR PKN MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN PADA MURID KELAS III SD INPRES MANJALLING KECAMATAN BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA “
B.Rumusan Masalah
       Berdasrkan latar belakang masalah diatas,ruumusan masalah sebagai   berikut:
Upaya apakah yang dapat dilakukan utuk meningkatkan pemberian penguatan dalam proses pembelajaran?
C.Tujuan Penelitian   
     Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penelitan ini sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui sejauh mana pemberian penguatan dalam proses pembelalaran.
2.    Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatka pemberian penguatan.
D.Mamfaat Penelitian
        Mamfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
1.    Mamfaat teoritis  :
a.    Sebagai landasan untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menyenangkandan menimbulkan kereatifitas serta motivasi belajar siswa.
b.    Untuk mengaplikasikan teori dari disiplin ilmu Pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan.
2.    Mamfaat praktis :
a.    Diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar yang mencapai kebermaknaan.
b.    Bagi Siswa, khususnya kelas lll Sekolah Dasar, mendorong siswa aktif dan mampu berkreatifitas dalam belajar serta merasa senang dalam proses pembelajaran.
c.    Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan  metode pemberian penguatan.
d.    Bagi sekolah,  dapat menjadi bahan pertimbangan dan mendorong bagi para guru agar lebih focus, berperan aktif, dan professional dalam menyelenggarakan serta memperhatikan proses belajar siswa di sekolah, hingga siswa termotrivasi belajar.
e.    Bagi peneliti, memberikan masukan kepada para peneliti lain yang berminat lebih variabel yang diselidiki pada penelitian ini baik untuk bidang PKn dimasa yang akan datang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
        Dalam upaya membahas masalah pemberian penguatan di SD Inpres Pannujuang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, maka digunakan kajian pustaka atau teori yang dapat memberikan gambaran dalam memberikan penguatan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar.
A.Penguatan
   1.  Pengertian Penguatan
        Pemberian penguatan (reinforcement) merupakan tindakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong timbulnya peningkatan kualitas tingkah laku.
       Yang pertama mengemukakan tentang penguatan adalah tokoh alirah behaviorisme L.Throndike dan B.F.Skinner.
       L. Throndike mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R (Stimulus Respon), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap suatu yang datang dari luar. Sedangkan B.F. Skinner mengemukakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus maka seseorang akan memberikan respon berdasarkan hbungan S-R. Respon yang diberikan ini dapat sesuai “R” (benar) atau tidak sesuai “F” (sala) seperti apa yang diharapkan. Respon yang benar perlu diberikan penguatan (reirforcement) agar orang terdorong untuk melakukanya kembali. Karena itu pemberian penguatan terhadap respon dapat diberikan secara kontinyu dan dapat dilakukan secara berselang-seling.
          Persamaan pandangan antara L. Throndike dan B.F. Skinner yaitu sama-sama memiliki hubungan stimulus respon, perbedaannya L.Throndike mengemukakan bahwa pemberian respon ini dapat dilakukan secara berselang-seling.
         Pada umumnya, penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia, yakni dapat mendorong seseorang untuk memperbaiki tingkah lakunya dalam meningkatkan usahanya. Demikian juga sebaliknya, tidak diperoleh penghargaan akan menurukan atau bahkan meniadakan perilaku tersebut pada diri seseorang.
         Begitupun dalam proses belajar mengajar, siswa yang berprestasi akan mempertahankan prestasinya manakala guru memberikan penhargaan atas prestasi tersebut. Bahkan dengan penghargaan yang diberikan guru, timbul motivasi kuat untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapai. Hal ini berlaku pula sebaliknya, yang cemohan dan hinaan dapat mematikan perilaku belajar anak.
Penguatan adalah respon positif yang dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut, atau penguatan dapat diartikan pula sebagai respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku yang tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan motivasi terhadap siswa agar berprestasi dalam interaksi belajar mengajar.
Disamping itu penguatan dapat pula diartikan sebagai bentuk respon yang bersifat verbal dan merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberian informasi atau umpan balik (feed back) bagi sipenerima (siswa) atas perbuatanya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Pemberian penguatan dalam kegiatan belajar mengajar kelihatanya sederhana, yaitu member tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa, yang dinyatakan dalam bentuk antara lain: kata membenarkan, pujian, senyuman, anggukan, atau memberi hadiah secara material. Namun demikian keterampilan itu sulit dilakukan jika guru tidak memahami makna yang ingin dicapai dalam keterampilan member penguatan.
                    Jenis-jenis penguatan yaitu :
1.    Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan, seperti: “bagus”, “baik”, “cepat”.
2.    Penguatan non verbal berupa
a.    Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh member kesan baik kepada siswa. Penguatan gestural berupa;tepuk tangan ajukan,perhatian guru terhadap siswa dengan cara mendekatinya. Penguatan ini dilakukan ketika siswa menjawab pertanyaan,bertanya,berdiskusi.
b.    Penguatan dengan cara memberikan penghargaan kepda kemampuan siswa dengan suatu bidang tertentu seperti siswa yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vocal.
c.    Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada siswa berupa symbol-symbol atau benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atau karya siswa berupa haiah, piagam.
d.    Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh siswa, seperti menepuk pundak, menjabat tangan, dan mengusap kepala siswa.
Pemberian penuatan apabila dilakkan dengan cara dan prinsip yang tepat dapat mengeftifkan tujuan penggunaannya. Adapun tujuan penggunaan penguatan adalah:
Ø     Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar
Ø    Membangkitkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa
Ø     Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar
Ø     Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.
2.Prinsip penguatan
 Agar penguatan yang di berikan guru  dapat berfungsi secara ektif,guru hendanya memperhatikan prinsip-prinsip peberian pengguna, sebagai berikut:
a.    Kehangatan
       Seperti hanya penggunaan variasi mengajar, prinsip pemberian penguatan pun iklakukan secara hangat. Kehangatan sikap guru dapat ditunjukkan dengan suara, mimik, dan gerakan badan (gestural). Kehangatan sikap guru akan menjadikan penguatan yang diberikan menjadikan lebih efektif, jangan sampai siswa mendapat kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan.
b.    Antusiasme
       Sikap antusias dalam memberikan penguatan dapat menstimulasi siswa untuk meningkatkan motivasinya. Antusiasme guru dalam memberikan penguatan dapat kesan pada siswa akan kesungguhan dan ketulusan guru. Antusiame dalam memberikan penguatan akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya diri pada siswa.
c.    Bermakna
         Inti dari ke bermanaknaan adalah bahwa siswa mengerti dan yakin bahwa di rinya memang layak di berikan penguatan,karena hal itu memang sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya.Oeh karena itu kebermaknaan dalam pemberian penguatan  hanya mungkin di lakukan apabila di brikan oleh konteks yang relevan .misalkan jika anak menjawab pertanyaan dengan benar,kita dapat mengatakan ‘’Tepat sekala jawabanmu’’.penguatan tersebut relevan dengan konteks,yakni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.kesesuaian antara pernyataan dengan keadaan  yang di beri penguatan membuat penguatan menjadi lebih bermakna.                                        
d.    Menghindari respon negative
            Mesipun di sadari bahwa hukuma dan teguran dapat di gunakan untuk mengendalikan dan membina tingkah laku siswa,tetapi respon negative yang di berikan guru seperti komentar yang bernada ejekan patu atau perlu di hindari karena hal itu akan mematahkan semangat siswa dalam mengembangkan dirinya.Oleh karena itu jika jawaban anak salah guru tidak boleh merespon negative dengan mengatakan jawaban salah”jawabanmu salah”.Hal ini dapat mematikan motifasi anak.Dalam kasus ini,guru dapat memberikan pernyataan tuntutan (Prompting question),atau dengan mengatakan “Barangkali ada yang dapat membantu?”.dengan cara ini,anak tidak  merasa tersinggung.
B.Belajar
1.Pengertian belajar
      Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai Khalifah di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta rasa ingin tahu sehigga ia selalu mempertahankan sesuatu mulai dari yang sangat sederhana sampai kepada hal yang sangat rumit. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan cirri yang sangat penting untuk membedakan manusia dengan hewan. Belajar bagi manusia merupakan peranan penting dalam pewarisan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan.
          Belajar merupakan suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu yang disebaban oleh adanya pengalaman-pangalaman yang telah dilakukan. Jadi belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari.
         Belajar merupakan suatu proses perubahan, yakni perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan belajar,berikut akan dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Slameto memberikan defenisi bahwa:
         “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya ( Slameto,2003)”.
Winkel, mendefenisikan belajar sebagai proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dengan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketempilan dan sikap yang bersifat konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera Nampak dalam perilaku nyata  ( Winkel, 1991 ). Disamping itu belajar dapat diartikan  sebagai proses kegiatan yang menimbulkan tingkah laku baru atau merubah tingkah laku lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dala hidupnya (sahabuddin,1997).
         Lain lagi halnya dengan pengertian yang dikemukakan oleh Hamalik bahwa belajar diartikan sebagai suatu perkebangan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan, beajar itu merupakan suatu perubahan yang bersifat psikis (Hamalik,1983).selanjutnya M.E.B Gredler mengumukakan bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh berbagai kecakapan,keterampilan dan sikap (Margaret E.Bell Gredler,1991 ).
       Dengan membandingkn beberapa dafenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu terjadi apabila seseoran menghdapi sesuatu yang di dalamnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk menghadapi rintangan dalam aktivitasnya .Dengan demikian ,belajar dapat di artikan sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi dalam hidupnya.                                               
Sardiman mengemukakan pada dasarnya tujuan belajar terdapat tiga jenis,yaitu:
Ø  Untuk mendapatkan pengetahuan,yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir.Dengan tujuan belajar ini akan lebih tepat jika menggunakan system presentasi atau pemberian materi tugas pelajran.
Ø  Untuk penanaman konsep dan keterampilan,yaitu suatu belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik dan psikhis.pencapaian tujuan belajar ini sering di lakukan dengan cara pendemonstrasian,pengamatan dan pelatihan.
Ø  Untuk pembentukan sikap,yaitu suatu kegiatan yang menumbuhkan sikap mental,perilaku dan pribadi anak.pencapaian tujuan belajar ini,dengan cara pemberian contoh perilaku yang tidak,dengan mengarahkan anak dalam kegiatan mengamati,meniru,dan mencontoh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:
1.    Faktor-faktor yang berasal dari luar dari pelajar
a.    Faktor nonsosial dalam belajar misalnya: alat yang di pakai untuk belajar (seperti alat tuis menulis, buku-buku, alatperaga), keadaan udara, cuaca, keadaan gedung.
b.    Faktor-faktor sosial dalam belajar,yang di maksud disini adalah factor manusia.Kehadiran orang atau orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak mengganggu proses belajar; misalnya kalau satu kelas murid sedang ngerjakan  ujian, lalu terdengar banyak anak-anak yang bercerita disamping kelas maka akan mengganggu proses belajar.
2.    Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar
a.    Faktor-faktor fisiologis misalnya keadaan jasmani yang kurang segar,keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Sehubungan dengan hal tersebut  maka nutrisi harus cukup karna karna kekurangan kadar makanan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuhan,lekas lelah,lekas mengantuk, dan sebagainya.
b.    Faktor-fator psikologis,sebagaimana di kemukakan   oleh Arden N.Frandsen yaitu adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki duia yang lebih luas, adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju,keinginan untuk salah maju,keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,guru dan teman-teman.
2.Hakekat pembelajaran
       Belajar mengajar adalah gabungan dari dua kata yaitu belajar dan mengajar. Gabungan dua kata tersebut dapat berarti suatu proses interaksi edukatif atau lazim di sebut proses  pembelajaran. Apabila terjadi proses belajar  mengajar maka bersamaan itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini sudah di pahami apabila ada yang belajar sudah pasti ada yang mengajar,begitupun sebaliknya.
       Mengajar atau teaching adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara bagaimana belajar ( Joyce dan well, 1996 ). Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Secara implicit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan, metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diingikan. Pemilihan dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dadi perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat pembelajara a mempelajari peserta didik. Itulah sebabnya di dalam belajar peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi juga dengan keseluruhan sumber belajar yang lain. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada “ Bagaimana membelajarkan peserta didik “, dan bukan pada “ Apa yang dipelajari peserta didik “. Dengan demikian pembelajaran menempatka peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek.
       Pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri pelajar sebagai fisik. Oleh Karena dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dan memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi  proses belajar yang disebut dengan pembelajaran. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berikut akan dikemukakan beberapa pengertian berdasarkan defenisi yang dikemukakan oeh para ahli sebagai berikut:
Menurut Degeng dan Marso mamberikan defenisi bahwa:
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksnakan secara sistematis setiap komponen saling berpengaruh. Dalam proses secara implicit terdapat kegiatan memilh, manetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan ( Degeng dan Marso,1993 )”.
       Seanjutnya Gagne berpendapat bahwa pembelajaran adalah usaha pembelajaran yang bertujuan untuk menolong peajar dalan belajar. Pelajaran merupakaan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya belajar, tidak selamanya berada diluar diri pelajar, tetapi juga berada didala diri pelajar. Peristiwa diluar diri pelajar merupakan segala sesuatu yang dipersiapakan oleh pembelajaran sebagai kondisi untuk kepentingan pembelajaran (Gagne, 1988 ). Disamping itu pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu proses dimana lingkungan secara sengaja dikelola untuk pendidikan ( AECT , 1986).
       Lain halnya dengan pengertian yang dikemukakan oleh WinataPutra bahwa pembelajaran adalah prosedur yang sistematis dalam mengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu ( WinataPutra ,2001). Dengan demikian pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terencana pada setiap tahapan yaitu : Perencanaan. Pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran serta pembelajaran tindak lanjut.
       Didalam pembelajaran terdapat proses menagajar. Nasution (1991) “mengartikan mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara siswa dan lingkungannya,termasuk guru dan alat pelajaran yang disebut proses belajar dan ujuan pelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Bohar Suharto ( 1997 ) mendefenisikan, mengajar merupakan suatu aktivitas menoranisasi atau mengatur (mengelola ) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didk sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Sedangkan Oemar Hamalik ( 1992 ) mendefenisikan mengajar sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Dengan demikian mengajar pada dasarnya merupakan upaya pendidik dalammemberikan pengetahuan, baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik kepada peserta didik.
       Oleh sebab itu mengajar yang baik akan menghasilkan hasil yang baik dan berkualitas karena merupakan upaya dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan keberhasilannya.
C.Peserta didik
       Berbicara masalah pendididkan, peserta didik kiranya tidak bisa lepas dari pemahaman tentang jiwa peserta didi. Peserta didik bukanlah sekedar robot yang bisa deprogram begitu saja seingga bisa bergerak atas kemauan guru atau orang tua. Peserta didik adalah individu unik yang mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok ditaman sari yang indah. Mereka memiliki pesna masing-masing sehingga tidak bisa diseragamkan begitu saja atau sama rata. Mereka memerlukan perlakuan khusus dan individual selain ekedar perlakuan kolektifikasi.
       Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun salng terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat ( inherent ) dalam  diri sesorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur   otaknya. Secara genetic struktur otak telah membentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkunganya. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, diman kecerdasan atau intelegensi ( Intelligence Quontient ) merupakan model awal untuk bakat tertentu.
       Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual ( IQ )peserta didik. Tingkat intelektualitas peserta didik yang berbakat biasanya cenderung diatas rata-rata. Namun peserta didik yang intelektualitasnya tinggi tidak selalu menunjukkan peserta didik berbakat. Bakat seni dan olah raga misalya, keduanya memerlukan strategi, taktik,dan logika yan berhubunan dengan kecerdasan.Denan demikian, umumnya peserta didik berbakat memang memiliki tingkat intelegensi diatas rata-rata.
       Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yan tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang ungul. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi:
a.   Kemampuan intelekual umum (Kecerdasan atau intelegensi)
b.   Kemampuan akademik khusus
c.   Kemampuan berpikir kreatif-produktif
d.   Kemampuan memimpin
e.   Kemampuan dalam salah satu bidang seni
f.    Kemampuan psikomotorik(seperti dalam olah raga)
       Selain itu masiah ada faktor lain yang juga turut menentukan perkembangan potensi peserta didik menjadi bakat, yakni kecerdasan emosi (Emotional Quetien). Peserta didik yang kontrol emosinya bagus akan lebih baik dalam mengembangkan bakat yang ia miliki. Misalya, ketika ia memiliki bakat menyanyi, maka saat naik pentas ai akan menyanyi dengan penuh percaya diri. Artinya baik IQ dan EQ berperan menunjang keberhasilan peserta didik dalam mengembanngkan potensinya menjadi bakat. Namun demikin, selama ini orang tua lebih terpaku pada upaya peningkatan intelektualitas semata, sehingga peserta didik hanya diberikan komsumsi untuk daya pikirnya, EQ-nya tidak dikembangkan.
       Bkat yang dimiliki peerta didik tidak terbatas pada suatu keahlian. Jika bakat tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih baik dari keahlian yang salin nerkaitan. Misalnya jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia akan berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanya peserta didik akan punya bakat seni peran, dsb.
D.Pendidikan kewarganegaraan       
       Perkataan atau kalimat pendidikan kewarganagaraa terdiri dari dua kata yaitu “pendidikan” dan “kewarganegaraan”.
       Pada dasarnya pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yan diberikan oleh pendidik kepada anak didik, sesuai dengan perkenbangan jasmani dan rohani kearah dewasaan. Pendidikan tidak menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, tetapi harus meramalkan mengemukakan cara yang tepat dan cepat supaya dapat dikuasai oleh anak didik.
         PKn adalah lebih dari pada merupakan bidang studi. Ia mengambil bagian dari pengaruh positif dari keluarga, sekoalah dan masyarakat. Dan melalui PKn generasi muda dibantu unt uk memahami cita-cita nasional, hal-hal yang diakui oleh umum dan pemerintah itu sendiri dan dibantu untuk memahami arti kemerdekaan untuk mereka dan untuk semua manusia dan untuk individu dan semua kelompok dalam kepercayaan, perdagangan, pemilu atau dalam tingkah laku sehari-har. Mereka jua dibantu untuk memahami bermacam-macam hak kemerdekaan warga Negara yang dijmin dalam konstitusi dan peraturan-peraturan lainnya dan tanggung jawab atas apa yang telah diperolehnya. Disamping itu PKn juga diartikan sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positif influence pendidikan sekolah, masyarakat orang tua kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajr berpikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demkratis dalam mempersiapkan hidup demokratis, dengan berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Nu’mun Soemantri 1976:54).
       Lain lagi halnya dengan pengertian yang dikemukakan oleh Azis Wahab bahwa PKndiartika sebagai media pengajaran yang akan menindonesiakan para siswa secara sadar, cerdas dan penuh tanggung jawab. Karena itu program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hokum Negara, serta dari teoru umum yang cocok dengan target ersebut. Dengn kecenderungan sifat  teoritis disiplin politik tetap dominan baik dalam program naupun pengajarannya.
       PKn sebagai aspek pendidikan politik pada hakekatnya bertujuan untuk membina warga Negara agar menjadi warga Negara yang lebih baik dan dan mempersiapkannya untuk masa depan dengan ketentuan UUD 1945 atau sebagai media pengajaran untuk menginonesiaan para siswa secara sadar,cerdas dan penuh tanggung jawab, maka wawasan PKn yang berupa religious/atau tidak sekuler, kebangsaan (nasionalisme), demokrtis, dan pendidikan seumur hidup, pengembangannya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan konstitusi dan ketentuan yang lain yang sejalan untuk langkah penyempurnanya. Dengan kata lain lewat wawasan PKn wara Negara diharapkan akan bersifat konstruktif, kooperatif, korektif dan partisipatif terhadap bangsa dan Negara yang dilandasi rasa cinta tanah air dan cinta bangsa. Sehingga  sikap tersebut diharapkan akan menimbulkan “diffusi support” bagi system politiknya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
       PKn adalh wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berbakat papa budaya Bangsa Indonesia. Pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari sebagai individu, anggota masyarakat, warga Negara dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Perilaku tersebut diatas sebagaimana tercantum dalam UUD Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 Ayat (2) yaitu:
1. Perilaku yang mencerminkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku yang bersifat kemanusiaan yan adil dan beradab.
2. Perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaandan kepentingan.
3. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentinagan bersama diatas kepentiangan perorangan, setiap perbedaan pemikiran ataupun kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat.
4. Perilaku yang mendukung upaya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
       PKn juga dimaksudkan untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan, kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangasa dan Negara.
       Pendidika kewarganegaraan (PKn) berfunsi untuk:
1. Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai pancasila secara dinamis dan terbuka. Nilai-nilai pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
2. Mengembangkan dan membina siswa menuju manusia Indonesia seutuhnya yang sadar, politik, hukum, dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pancsila serta sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara.
3. Membina pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antara warga Negara serta mengetahui dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga Negara.
4. Membekali siswa dengan sikap dan perilaku yang berdasarkan nlai-nilai pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari.
       Kompetensi dasar guruSD dalam pembelajaran PKn menurut peraturan mentri no.16:
1. Pengetahuan menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
2. Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi konstitisional Indonesia, semangat kebangsaan dan cintah tanah srte bela Negara.
3. Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta penegakkan hukumsecara adil dan  benar.

E.   Kerangka Pikir
       Penguatan adalah segala bentu respon, apakah yang bersifat verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guruterhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi penerima ats kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, seangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan dan menghapus rangsangan yang tidak menyenagkan.
       Manfaat kegiatan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara iklim belajar yang kondusif. Pembelajran adalah upaya untuk membelajarkan peerta didik, secara implicit dalam pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembanga metode didasarkan pada kondisi prmbelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasrnya merupakan inti dari perencnaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perencanaan (desain) sebagai upaya untuk membeajarkan peserta didik.







SKEMA KERANGKA PIKIR
Tujuan Pembelajaran
Guru
Proses Pembelajaran
Siswa
Faktor yang mempengaruhi dan menghambat
Pemberian pengetahuan
 






















BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Variabel dan Desain Penelitian
1.     Variabel penelitian
       Variabel yang menjadi dalam penelitian adalah terdiri dari dua variabel, yaitu:
Ø  Variabel dependen (terikat) merupakan suatu akibat, dimana akibatnya adalah aktivitas belajar.
Ø  Variabel independen (bebes) merupakan suatu sebab, dimana sebabnya adalah pemberian penguatan.
Y
X
Pemberian penguatan                      Aktivias
                                                            
Keterangan :  X : pemberian penguatan
                       Y : aktifitas belajar
2.     Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriftif. Desain penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.
B.    Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional perlu dirumuskan dengan menghindari terjadinya perbedaan interprestasi terhadap variabel yang diteliti yaitu peranan pemberian penguatan terhadap keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, agar variabel tersebut dapat diukur secara operasional.
1.    Pemberian penguatan adalah memberi  tanda persetujuan agar guru terhadap pemikiran, sikap dan tingkah laku pembelajaran siswa, yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, gerakan tubuh, mimik, anggukan atau memberi hadiah secara material.
2.    Keterlibatan siswa adalah reaksi dan aksi peserta didik yang selalu aktif bertanya, menjawab, kreatif, dan dinamis dalam proses pembelajaran PKn.
C.    Populasi dan Sampel
1.     Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Inpres Manjalling kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa dapat dilihat pada table di bawah ini:
No
Siswa Laki-laki
Siswa perempuan
Jumlah siswa
1
16 orang
22 orang
36 orang

2.     Sampel
Dengan mempertimbangkan bahwa populasi penelitian ini cukup besar, maka penulisan berketepatan untuk melakukan penarikan sampel sebesar 36 siswa. Penentuan besarnya sampel tersebut dilakukan dengan pedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (1993:94).
Sampel yan baik adalah sampel yang representative yang mencerminkan keadaan populasi. Oleh karena itu, Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional random sampling, sehinga siswa meiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalm penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa :
1.    Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakn untuk mengethui sejumlah data yang tertulis bersumber dari laporan sekolah serta hal-hal yang dapat mendukung penelitian ini.
2.     Teknik Wawancara
Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari guru mengenai pemberian pemberian penguatan dalam proses pembelajaran.
3.    Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data tntang persiapan mengajar guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan pelaksanaan guru dalam proses pembelajaran dikelas
4.    Teknik Angket
Teknik ini sebagai teknik utama karena dengan penggunaan angket tersebut diharapkan mampu memperoleh sebagian besar data yang dibutuhkan, yakni dengan menggunakan item-item pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden.
E.  Teknik Analisis Data
       Data yang terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya diolah. Hasil olahan data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, maka dipergunakan table prekuensi persentasi.

    















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi  Aksara.

Bahri,Syaiful & Djamara.2005. Guru Dan Anak Didik. Rineka Cipta.

Daryono,M. 1998. Pengantar Pendidikan Pancasila Dan kewarganegaraan.Solo :Rineka Cipta.

Dimyati & Mudjino. 2006 Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT.Rineka Cipta.


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................         i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................        ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................       iii
BAB I    PENDAHULUAN .......................................................................        1
A.   Latar Belakang Masalahnya..................................................        1
B.   Rumusan Masalah .................................................................        6
C.   Tujuan Penelitian ...................................................................        6
D.   Daftar Penelitian .....................................................................        6
BAB II   TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .................        8
A.   Penguatan ....................................................................................        8
1.    Pengertian Penguatan .........................................................        8
2.    Prinsip Penguatan ................................................................      12
B.   Belajar ............................................................................................      13
1.    Pengertian Belajar .................................................................      13
2.    Hakekat Pembelajaran ..........................................................      18
C.   Peserta  Didik ...............................................................................      21
D.   Pendidkan Kewarganegaraan (PKn) .......................................      23
E.   Keranka Berpikir ..........................................................................      27
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................      30
A.   Variasi dan Desain Pelitian .......................................................      30
1.    Variabel penelitian ................................................................      30
2.    Desain Penelitian ..................................................................      30
B.   Defenisi Operasional Variabel ..................................................      30
C.   Populasi  dan Sampel .................................................................      31
D.   Teknik Pengumpulan Data ........................................................      32
E.   Teknik Analisis Data....................................................................      33
DAFTAR PUSTSKA ................................................................................      34



Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR RIWAYAT HIDUP