LAPORAN
PEMANTAPAN PROFESI KEGURUAN (P2K)
SD INPRES TINGGIMAE KAB. GOWA





Oleh :
HASAN
K 10540  1983 08




STRATA 1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2010    








LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar di SD Inpres Tinggimae Tahun Ajaran 2010 dinyatakan diterima dan disahkan

Yang melaksanakan kegiatan ini adalah:
N a m a             : HASAN
NIM                  : K 10540 1983 08
Jurusan              : Pendidikan Guru Sekolah Dasar 
Program Studi  : Strata-1
Fakultas            : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Gowa,    November 2010
Disahkan oleh,

Dosen Pembimbing                                                             Guru Pembimbing


Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd                                                   Abd. Rahman, S.Pd
                                                                                            NIP: 132212594
Mengetahui,
Kepala Sekolah
SD Inpres Tinggimae



Hj. St. Ummi Ribu
Nip :1954.0808 1975 122018                                                                                                                                                                                                                           
LEMBAR PENILAIAN
Berdasarkan pengamatan dan laporam program pemantapan profesi keguruan (P2K) oleh mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar
N a m a             : HASAN
Nim                   : K 10540 1983 08
Jurusan              : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Program studi   : STRATA-1
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP)
Maka guru dan dosen pembimbing memberikan nilai  A/B/C/D  (............) pada kegiatan ini.

Gowa,   November 2010

Dosen pembimbing                                                                 Guru pembimbing


Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd                                                         Abd. Rahman, S.Pd
                                                                                                  NIP: 132212594

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................
Lembar Penilaian...........................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Proses Pembelajaran Dikelas ................................................................
B.    Profil Hasil Belajar ...............................................................................
C.    Rumusan Masalah Berdasarkan Profil Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar        
D.    Bentuk Tindakan Untuk Memecahkan Masalah Sesuai Dengan Masalah     
E.     Ada Argumentasi Logis Pilihan Tindakan............................................
F.     Tujuan...................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................
BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN
A.    Jumlah Siswa, Tempat, Dan Waktu Pelaksanaan P2K.........................
B.    Langkah-Langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Seperti RPP dan Alat Evaluasi    
C.    Implementasi RPP Dan Evaluasi Di Kelas...........................................
BAB IV HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pelaksanaan.................................................................................
B.    Pembahasan..........................................................................................         
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan...........................................................................................
B.    Saran.....................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................   
LAMPIRAN


BAB I 
 PENDAHULUAN
A.       Profil Proses Pembelajaran
Perkembangan kebudayaan masyarakat semakin mengalami percepatan diberbagai aspek kehidupan manusia. Percepatan ini terutama karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Kemajuan IPTEK tersebut menuntut masyarakat agar mempersiapkan generasi baru yang mampu dan sanggup menghadapi tantangan baru yang tentunya hanya dapat dicapai melalui jalur pendidikan.
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, perlu mengupayakan peningkatan hasil belajar dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar tujuan dan cita-cita bangsa dapat tercapai. Pendidikan adalah salah satu pilar dalam mewujudkan masa depan yang cemerlang. Hal ini karena pendidikan berorientasi ke masa depan dalam upaya persiapan peserta didik.
Maju atau mundurnya suatu bangsa sangatlah ditentukan oleh kemajuan dan manajemen pendidikan di negara tersebut. Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perkembangan di bidang pendidikan pun senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi salah satu diantaranya adalah perubahan adalah perubahan kurikulum yang sebelumnya menggunakan kurikulum 2004 (KBK) pada saat ini telah menggunakan kurikulum KTSP.
Mengingat begitu pentingnya peranan matematika dan merupakan ilmu yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, maka perlu adanya suatu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Beragam pandangan yang muncul terhadap matematika, ada yang memandang matematika bagaikan hantu di siang bolong sehingga harus dijauhi dan dihindari serta penuh teori yang membosankan, sehingga pengetahuan matematika yang dimiliki siswa sangatlah rendah. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu solusi terhadap masalah siswa yang, beranekaragam itu. Dalam model ini, siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan dan memecahkan suatu masalah secara bersama.
Ada beberapa alasan penting mengapa model pembelajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial, ekonomi dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan peserta didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
Walaupun sudah disadari bahwa siswa mendapatkan banyak keuntungan dan diskusi yang mengaktifkan mereka, tidak banyak guru yang melakukannya. Strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa, suasana kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang.
Berdasarkan hasil observasi penulis dengan guru yang mengajarkan matematika di SD Inpres Tinggimae menunjukkan bahwa siswa mengalami permasalahan yang pada umumnya sama  dengan permasalahan yang telah dipaparkan tentang rendahnya hasil belajar matematika serta kemampuan siswa yang bervariasi. 
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh persaingan, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan mematikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu pengajar perlu menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja sama secara gotong-royong.
Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, guru seringkali berhadapan dengan berbagai keluhan siswa tentang pelajaran matematika yang membosankan, tidak menarik, bahkan seakan-akan hanyalah ilmu menghitung belaka. Banyak hal yang menjadi penyebab berbagai keluhan dan siswa tersebut di atas, ada yang bersumber dari porsi materi matematika tidak sesuai dengan tingkat pertimbangan intelektual siswa ada juga yang bersumber dari  cara guru menyajikan materi matematika.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengatasi masalah di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran model kooperatif tipe numbered heads together (NHT) pada murid Kelas IV SD Inpres Tinggimae.
B.     Profil Hasil Belajar
Motivasi siswa di kelas IV masih sangat kurang, karena terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak terlibat dalam proses belajar. Kenyataan tersebut sangat memperburuk situasi atau pembelajaran matematika. Banyak sekali siswa yang hanya bermain-main dengan teman-temanya dan itu hanya mengganggu kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya itu, banyak siswa yang ribut didalam kelas tanpa menghiraukan guru yang sedang menjelaskan di depan dan. Walaupun mereka mempelajari matematika akan tetapi kemampuan dasar matematikanya sangat kurang. Oleh karena itu, proses belajar mengajar matematika kelas IV sungguh tidak efektif dengan kenyataan yang terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh dari guru bidang studi matematika, bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya mencapai 45,3. Ini menjadi gambaran bahwa nilai yang diperoleh masih tergolong rendah.





C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah” Apakah hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada murid kelas IV SD Inpres Tinggimae Kab. Gowa ?

D.    Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya hasil belajar matematika sangat dipengaruhi oleh penyajian guru di depan kelas, untuk memecahkan masalah tersebut maka diadakan penelitian tindakan kelas melalui penerapan kooperatif tipe Numbered Heads Together pada Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae Kab. Gowa.

E.     Argument Logis pilihan tindakan
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masadepan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat saling asah (saling mencerdaskan). Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meminimalisir perbedaan itu. Diantara sekian banyak model pembelajaran, model pengajaran kooperatif adalah salah satu alternative yang dapat dipilih.
Pengajaran kooperatif (kooperatif learning) merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan bersama (Holubec, 2001).
Salah satu model pembelajaran Kooperatif yang dapat diterapkan di kelas untuk mengubah pola belajar siswa adalah tipe Numbered Heads Together (NHT) atau tehnik kepala bernomor. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) menurut Lie (2004:), bahwa “Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (NH’T) adalah suatu teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.”

F.     Tujuan
Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan di atas, adapun tujuan penelitian ini secara operasional adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel melalui model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas Kelas IV SD Inpres Tinggimae Kab. Gowa






BAB II 
 KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
1.    Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh siswa sebagai anak didik.
Hamalik (1999) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or streng thing of behavior through experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bermakna dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Dalam petunjuk proses belajar mengajar di sebutkan bahwa belajar adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar dapat berupa buku, guru atau sesama teman.
Suherman (2001: 8) bahwa "Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman
Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Hudoyo (1990:48) yang mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang di katakan belajar apabila dapat diasumsikan pada diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diamati bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah mengalami suatu proses kegiatan tertentu sehingga dalam dirinya terjadi suatu perubahan tingkah laku yang kelihatan atau nampak.
Nasution (2004) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar:
a.        Belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ini banyak dianut di sekolah-sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat mengumpulkannya. Seringkali belajar disamakan dengan menghafal.
b.      Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa seseorang telah dapat dikatakan belajar apabila dalam diri orang itu telah terjadi perubahan tingkah laku yaitu penambahan pengetahuan berkat adanya proses kegiatan berupa pengalaman dan latihan-latihan.
2.    Hasil Belajar Matematika
Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan di bidang pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar siswa, tes atau tugas yang dibebankan kepadanya oleh guru. Bercermin kepada prestasi belajar siswa, guru harus selalu mengadakan perbaikan-perbaikan mengajarnya, baik metode maupun penguasaan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat menjadi indikator tentang batas kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh orang itu dalam suatu pekerjaan.
3.    Pembelajaran Cooperatif (cooperative learning)
Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan di sekolah-sekolah adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ruang kelas merupakan salah satu tempat yang sangat baik untuk kegiatan kooperatif learning. Di dalam ruang kelas, para siswa dapat diberi kesempatan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama-sama. Para siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah, menentukan strategi pemecahannya dan menghubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang telah dapat diselesaikan sebelumnya.
Cooperative learning dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya
Untuk menyelesaikan masalah-masalah sehingga akan mengurangi bahan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami para siswa. Cooperative learning juga telah terbukti sangat bermanfaat bagi para siswa yang heterogen (Suherman, 2001: 218).
Dalam buku Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Suherman (2001:218) menyatakan bahwa:
“Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menegaskan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya”.
Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.       Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”,
2.       Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3.       Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4.       Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.       Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6.       Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.       Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.       Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.       Bilamana mungkin. anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4.       Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif seperti pada tabel berikut ini:
                                                                                                                             
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif
Fase
Tingkah Laku
Fase -1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa



Fase -2
Menyajikan informasi


Fase -3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar


Fase -4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar


Fase -5
Evaluasi




Fase -6
Memberikan penghargaan


Cara menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan keadaan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru menjelaskan kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi  hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.


Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
     
Untuk mengoptimalkan manfaat cooperative learning, keanggotaannya sebaiknya heterogen, baik dari kemampuannya maupun dari karakteristik Lainnya. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan berbeda dimasukkan dalam satu kelompok yang sama, maka akan dapat memberikan keuntungan bagi para siswa yang berkemampuan rendah dan sedang. Sebaliknya siswa yang berkemampuan tinggi, kemampuan komunikasi verbal dalam matematika bagi siswa tersebut akan semakin meningkat. Untuk memberikan penjelasan tentang suatu materi matematika seorang siswa harus memahami materi itu lebih dalam daripada sekedar kemampuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah jawaban pada lembar kerja.
Menurut Suherman (2001:), bahwa, “ukuran (besar-kecilnya) kelompok akan mempengaruhi pada kemampuan produktivitas kelompoknya. Ukuran kelompok yang ideal untuk cooperative learning adalah tiga sampai lima orang”.
Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, cooperative learning sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.


5.       Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahui harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas. Guru yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Salah satu teknik mengajar gotong royong adalah tipe Numbered Heads Together (NHT) atau Teknik Kepala Bernomor.
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) menurut Lie (2004:), bahwa “Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (NH’T) adalah suatu teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.”
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik Kepala Bernomor dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Adapun langkah-langkah dalam teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) yaitu:
1.       Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.       Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.       Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
4.       Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Fase
Tingkah Laku
Fase -1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa


Fase -2
Menyajikan informasi

Fase -3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar














Fase -4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Fase -5
Evaluasi




Fase -6
Memberikan penghargaan

Cara menyampaikan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar). Guru memotivasi  siswa.

Guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar dan menjelaskan bagaimana caranya seperti:
a.       Setiap kelompok beranggotakan 3-5 orang heterogen dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5 (penomoran)
b.      Guru mengujikan pertanyaan" (mengajukan pertanyaan).
c.       Guru meminta siswa mendiskusikan "pertanyaan" secara berkelompok (berpikir bersama)

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Guru mengevaluasi  hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta siswa menjawab pernyataan dengan memanggil satu nomor (menjawab)

Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok















BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN
A.  Jumlah Siswa, Siswa Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2k 
Dimana jumlah siswa di SD Inpres Tinggimae terutama di kelas IV  yaitu jumlahnya 39 orang siswa, dan waktu pelaksanaan P2K di SD Inpres Tinggimae Kab. Gowa  terutama dikelas IV tentu kemampuan siswa dalam satu kelas beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang kurang sehubungan dengan keragaman kemampuan tersebut, guru perlu mengatur secara cermat kapan siswa harus bekerja secara perorangan, secara berpasangan ataupun secara berkelompok.
Untuk pengelolaan siswa kita harus melihat hal-hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan yaitu:
1.    Jenis kegiatan
2.    Tujuan kegiatan
3.    Keterlibatan siswa
4.    Waktu belajar
5.    Ketersediaan sarana/prasarana
6.    Karakteristik siswa
Seorang guru, sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran dikelas, sebaiknya mempertimbangkan bagaimana pengelolaan isi pembelajaran seperti hal-hal berikut:
1.      Materi dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai
2.      Tingkat keluasan dan kedalaman materi dan disesuaikan dengan karakteristik peserta termasuk (yang tercepat dan yang terlambat, yang bermotivasi tinggi dan rendah)
3.      Kemungkinan tidaknya keluasan dan kedalaman materi dapat dicapai dalam waktu yang disediakan
4.      Menggunakan variasi materi ajar untuk menunjang pembelajaran sesuai tujuan/kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai
5.      Menggunakan materi ajar yang dapat diterapkan, dimanfaatkan, atau difungsikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
Pemilihan media pembelajaran perlu mempertimbangkan jumlah peserta didik. Jika jumlah peserta didik sedikit, maka menggunakan media pembelajaran yang tepat, contohnya pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dengan jumlah peserta didik sekitar 20 orang, maka media pembelajaran yang digunakan dengan papan tulis atau gambar. Namun jika jumlah pembelajarannya banyak dalam satu ruangan atau tempat yang luas. Maka media pembelajaran yang digunakan adalah yang bisa dilihat, didengar dan diikuti oleh seluruhnya.
Pemilihan media pembelajaran perlu juga mempertimbangkan waktu agar digunakan seefisien mungkin. Waktu yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan untuk belajar dengan mempergunakan media pembelajaran tersebut. penggunaan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan waktu akan menggangu keberhasilan belajar. Misalnya waktu untuk pembelajaran yang tersedia 45 menit, maka kurang tepat.
Ruang kelas atau tempat belajar, terutama kursi dengan meja siswa serta posisi guru ditata sedemikian rupa sehingga menunjang kegiatan pembelajaran aktif, yang memungkinkan muncul kondisi berikut:
1.      Aksesibilitas yaitu siswa mudah menjangkau alat dan sumber belajar
2.      Mobilitas yaitu siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
3.      Interaktif  yaitu siswa mudah untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi baik antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.
4.      Variasi kerja sama yaitu siswa bisa bekerja secara perorangan, berpasangan atau berkelompok.
Demikianlah gambaran umum tentang pembelajaran berbasis kompetensi dan pendekatan kontekstual yang disarankan dalam KTSP. sebagaimana kreativitas guru untuk terus mengembangkan model-model pembelajaran demi maksimalisasi pencapaian kompetensi siswa merupakan bukti profesionalisme dan dedikasi guru atau tugasnya sebagai pendidik. Sedangkan uji coba dengan jalan penelitian tindakan kelas untuk memperoleh model-model pembelajaran yang efektif, ramu pendapat dengan guru sejenis terkait dengan efektifitas pembelajaran, mencontoh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang dinilai sukses, merupakan bukti kreativitas tersebut.
B.  Langkah-Langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif          Seperti RPP
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.  Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan bisa menerapkan pembelajaran secara deprogram.
Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran secara terprogram melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang akan melaksanakan berbasis kompetensi kelas yang berisi skenario tentang apa yang akan melaksanakan pembelajaran di topik yang akan di pelajarannya.
Secara teknis rencana minimal mencakup komponen-komponen yaitu:
1.      Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar
2.      Tujuan pembelajaran
3.      Materi
4.      Pendekatan dan metode pembelajaran
5.      Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
6.      Alat dan Sumber Belajar
7.      Evaluasi Pembelajaran

Langkah-langkah yang patut dilakukan oleh guru dalam menyusun RPP adalah sebagai berikut:
1.      Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran
2.      Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.
3.      Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut
4.      Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut
5.      Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/yang diperlukan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
6.      Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat-sifat materi dan tujuan pembelajaran 
7.       Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang biasa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
8.      Jika alokasi waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran bagilah langkah-pembelajaran lebih dari satu pertemuan
9.      Sebutkan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkrit untuk setiap bagian unit pertemuan
10.  Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Jika instrumen penilaian berbentuk tugas rumuskan tujuan tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal cantungkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya atau kunci jawabannya. Jika  penilaiannya berbentuk proses susunlah rubrik dan indikatornya masing-masing.

C.  Implementasi RPP dan Evaluasi Di Kelas
Pada saat peneliti melaksanakan proses pembelajaran dikelas maka peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah peneliti siapkan sebelumnya seperti RPP dan perangkat pembelajaran lainnya seperti bahan ajaran dan alat evaluasi.
Apabila dalam proses pembelajaran siklus satu belum memadai dan masih kurang maka pada siklus dua peneliti perlu memperbaiki perangkat pembelajaran siklus satu yaitu RPP dan cara menerapkannya dalam kelas pembelajaran inovatif, dan yang perlu diperhatikan adalah keaktifan siswa dalam belajar sesuai dengan kelompok masing-masing sehingga tercapai siswa aktif dalam belajar sesuai ketentuan pembelajaran kooperatif NHT
Pada tahap evaluasi dan penilaian setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh pengajar yang bersangkutan atau guru.  
BAB IV
 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae. Setelah diterapkan pembelajaran kooperatif, tipe NHT. Adapun yang dianalisis adalah skor hasil belajar siswa yang diberikan setiap akhir siklus secara deskriptif, data mengenai perubahan sikap siswa yang diambil dari rekaman pengamatan dan  tanggapan serta refleksi  yang diberikan oleh siswa baik yang tertulis maupun komentar secara lisan.
A. Hasil Penelitian
1.      Siklus I
a.       Hasil Analisis Kuantitatif
Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan harian setelah penyajian materi selama 4 kali pertemuan. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1  berikut ini:
Tabel 4.1    Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae Pada Akhir Siklus I

Statistik
Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Rentang skor 
Skor rata-rata
Media
Standar deviasi
39
100
100
40
60
63,4
65
14,19

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar matematika setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I adalah……dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. dari skor rata-rata tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae sebesar 63,4
Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian siswa dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan kedalam 5 kategori maka diperoleh distribusi  frekuensi nilai seperti yang disajikan pad tabel 4.2
Tabel 4.2    Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hail Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae Pada Akhir Siklus I
No
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
-
10
2
21
2
-
28,6
5,7
60
5,7
Jumlah
35
100
 
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa  masih ada siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 28,6% dan sekitar 60% siswa yang berada pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya minat belajar matematika serta proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang  pintar saja.
Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3    Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Persentase Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
0% - 64%
65% - 100%
Tidak tuntas
Tuntas
12
23
34,29
65,71
Jumlah
35
100,00

Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae kab. Gowa setelah dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together  pada akhir siklus I berada dalam kategori baik.
b.      Hasil  Analisis Kualitatif
Selama berlangsungnya penelitian pada siklus I tercatat sikap yang terjadi pada setiap siswa terhadap pelajaran matematika. Sikap siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus. Lembar observasi tersebut digunakan  untuk mengetahui perubahan sikap siswa selama  proses belajar  mengajar berlangsung di kelas.
Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika diperoleh melalui lembar observasi. Adapun deskriptif tentang sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus I ditunjukan dalam tabel berikut:
Tabel 8 :   Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I
No
Komponen yang diamati




S

I

K

L

U

S


I

Pertemuan Ke-
Rata - Rata
Persentase
(%)
I
II
III
IV

1
Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran
33
34
35
35

T
E
S

S
I
K
L
U
S

I
34,3
97,85
2
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
27
25
21
25
24,5
70
3
Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)
7
6
9
5
6,75
19,29
44
Siswa yang aktif dalam mengerjakan soal pada saat pembahasan tugas
4
5
6
9
6
17,14
5
Siswa yang mampu mengerjakan soal dengan benar di papan tulis
4
5
5
6
5
14,29
6
Siswa yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal.
20
15
11
10
14
40
7
Siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan kuis (tidak mengerjakan, menyontek,dll)
10
7
8
6
7,75
22,14
8
Siswa yang melakukan aktifitas negatif pada saat pemberian tugas (sering keluar kelas, mengganggu, ribut, dll
5
4
4
3
4
11,43

Adapun sikap siswa dari siklus I  adalah sebagai berikut:
1.      Masih banyak siswa yang tidak hadir mengikuti pelajaran baik itu tidak hadir tanpa keterangan maupun yang izin.
2.      Perhatian siswa pada siklus I ini masih berjalan seperti kurang antusiasnya siswa dalam menyelesaikan LKS secara berkelompok dan masih kurangnya kerjasama siswa dalam membantu temannya menyelesaikan LKS secara berkelompok.
3.      Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar semakin meningkat dalam menjawab pertanyaan maupun bertanya tentang materi yang telah dibahas. Mereka saling bersaing ingin kelompoknya yang unggul.
4.      Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sudah baik tapi dalam hal ini siswa mengajukan diri baik mengerjakan soal yang masih didominasi oleh siswa yang pintar dan itupun masih ditunjuk.
5.      Pada saat siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya masih  banyak siswa yang kurang memperhatikan dan sekitar 11,43% siswa yang keluar masuk ruangan.
6.      Pada siklus I siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya kurang berani, bahkan ada kelompok yang belum siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
c.       Hasil Analisis Refleksi
Pada siklus I, semangat minat dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dalam menjawab pertanyaan lisan guru,  bertanya tentang materi yang dibahas serta  mengerjakan soal-soal di papan tulis dapat dikatakan kurang sekali,  hal tersebut hanya dilakukan oleh siswa yang tergolong  pintar. Tampak sekali tiap siswa yang hanya pasif dan hanya mendengarkan serta mencatat  saja tiap materi yang diajarkan
Pada pertemuan kedua dan berakhirnya siklus pertama, semangat siswa untuk menyelesaikan soal secara kelompok sudah tampak. Walaupun masih ada siswa  yang masih pasif. Hal ini terlihat dari kurang kompaknya setiap  kelompok dan kurang komunikasinya antara anggota  kelompok serta  masih banyak siswa yang meminta  bimbingan kepada guru sebelum melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya bahkan ad kelompok yang anggotanya tidak mau naik menuliskan jawabannya  di papan tulis.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa diantara mereka ada yang tidak menerima dikelompokkan dengan teman sekelompoknya, karena mereka ingin memilih anggota kelompoknya sendiri.
Setiap selesai proses pembelajaran, guru selalu memberikan pekerjaan rumah dengan tujuan agar siswa mau belajar dan melatih diri dalam menyelesaikan soal-soal yang ada  dan dikumpul pada pertemuan berikutnya.
Pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada fase terakhir adalah pemberian penghargaan baik secara individu maupun kelompok.
2.      Siklus II
a.       Hasil Analisis Kuantitatif
Seperti halnya  siklus I, tes belajar pad siklus II ini dengan pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dilaksanakan dengan bentuk  ulangan harian. Hasil  analisis kuantitatif menunjukkan bahwa skor rata-rata yang dicapai oleh siswa kelas Kelas IV SD Inpres Tinggimae yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus II yang disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4    Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae Pada Akhir Siklus II
Statistik
Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Rentang skor 
Skor rata-rata
Media
Standar deviasi
39
100
100
60
40
77,28
77,5
8,44

Secara individual, skor yang dicapai siswa bervariasi dari skor minimum 60 dari terendah yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor maksimum 100 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100 dari rentang  skor 40.
Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai dilihat dari tabel 4.5
Tabel 4.5    Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hail Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae Pada Akhir Siklus II
No
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
-
-
2
25
8
-
-
5,7
71,4
22,9
Jumlah
33
100

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa  tidak ada siswa yang berada pada kategori rendah dan sekitar 71,4% siswa yang berada pada kategori tinggi,. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar  siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae berada pada kategori tinggi. 
Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis  maka persentase ketuntasan belajar siswa siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6
 Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Persentase Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
0% - 64%
65% - 100%
Tidak tuntas
Tuntas
2
33
5,7
94,3
Jumlah
35
100

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan kelas 94,3% yaitu 33 siswa dari 39 termasuk dalam kategori tuntas dan 5,7% atau 6 siswa dari 39 termasuk dalam kategori tidak tuntas.
b.      Hasil Analisis Kualitatif
Selama penelitian berlangsung, selain terjadi peningkatan  hasil belajar matematika pada siklus I dan siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada setiap siswa terhadap pelajaran matematika. Perubahan tersebut diperoleh  dari lembar observasi pada setiap siklus. Lembar observasi tersebut untuk mengetahui perubahan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Data tentang sikap siswa selama mengikuti pelajaran matematika pada siklus II ditunjukkan dalam tabel berikut:



Tabel 9 :  Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus II
No
Komponen yang diamati
S

I

K

L

U

S


II

Pertemuan Ke-
Rata-rata
Persentase
(%)
I
II
III
IV

1
Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran
39
39
35
35

T
E
S

S
I
K
L
U
S

II
34,25
97,85
2
Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran
30
30
27
31
29,5
84,29
3
Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)
7
3
3
2
3,75
10,71
4
Siswa yang aktif dalam mengerjakan soal pada saat pembahasan tugas
4
6
8
15
8,25
23,57
5
Siswa yang mampu mengerjakan soal dengan benar di papan tulis
6
7
10
13
9
25,71
6
Siswa yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal.
8
6
9
5
7
23,33
7
Siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan    PR(tidak mengerjakan, menyontek,dll)
7
6
6
5
6
17,14
8
Siswa yang melakukan aktifitas negatif pada saat pemberian tugas (sering keluar kelas, mengganggu, ribut, dll
4
2
2
2
2,5
7,14


Adapun perubahan sikap siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1.      Kehadiran siswa semakin meningkat dan semangat memperhatikan pelajaran semakin terlihat, walaupun masih ada beberapa siswa yang kadang melakukan kegiatan lain ketika guru sedang menjelaskan.
2.      Sudah terlihat keseriusan siswa dalam menyelesaikan soal-soal serta sudah terlihat kekompakan dalam kelompoknya.
3.      Keaktifan siswa dalam proses belajar menjawab pertanyaan maupun bertanya tentang materi yang dibahas. Mereka saling bersaing ingin  kelompoknya yang unggul.
4.      Siswa sudah mampu mengerjakan soal latihan dengan meminta bimbingan  dari guru serta bertanya kepada teman sekelompoknya.
5.      Siswa yang mengerjakan di papan tulis dengan benar semakin meningkat berkat adanya kerjasama anggota kelompoknya.
6.      Pada siklus II ini siswa sudah mulai berani mengangkat tangan dan mempresentasikan hasil kerjasama mereka.
c.       Hasil Analisis Refleksi
Pada siklus II peneliti sedikit mengalami kesulitan yaitu pada saat pembentukan kelompok baru, banyak siswa yang tidak ingin kelompoknya diubah tapi setelah diberikan sedikit  arahan mereka menerima satu sama lain. Sehingga pada pertemuan berikutnya perhatian, minat dan motivasi belajar serta kerja sama antara sesama anggota kelompoknya dalam proses belajar mengajar sudah mengalami peningkatan, dilihat dari siswa yang ditunjuk dapat mewakili kelompoknya mengerjakan soal di papan tulis dan mengerjakan soal di papan tulis dan mengerjakan soal dengan cepat dan benar serta membimbing teman sekelompoknya.
Pada siklus  II semangat dan keaktifan siswa semakin ditandai dengan memperlihatkan kemajuan.. Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II ini mengalami peningkatan walaupun masih ada beberapa kegiatan yang mengalami penurunan tapi dibandingkan dengan siklus I yang jauh lebih menurun.
B.  Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang terdiri dari dua siklus. Penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yakni meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar Matematika di kelas IV SD Inpres Tinggimae Kab. Gowa.
Peningkatan yang terjadi bila dilihat dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.7     Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Inpres Tinggimae pada Setiap Siklus
Siklus
Nilai Perolehan dari 33 siswa
Ketuntasan
Maks
Min
Mean
Median
Standar
Deviasi
Tuntas
Tidak tuntas
1
2
100
100
40
60
63,4
77,28
65
77,5
14,19
8,44
23
33
12
2

Berdasarkan hasil deskriptif  tabel 4.7 dan 4.8 diatas menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan dua kali tes siklus, banyak siswa yang tuntas secara perorangan pada siklus I adalah 27 siswa meningkat menjadi 32 siswa pada siklus II. Pada siklus I ketidaktuntasan  belajar 12 orang dan berkurang menjadi 2 orang pada siklus ke II. 



BAB V
KESIMPULAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Prototype perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam pembelajaran ini adalah buku siswa, buku guru, acuan penyusunan rencana pembelajaran, rencana pembelajaran dan lembar evaluasi
2.    Guru mampu mengelola pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam setiap pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik dan melatih dan mengoperasikan dengan baik perangkat pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan serta membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
a.       Pembelaan dengan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran tipe NHT dapat membuat pembelajaran dari teacher center menjadi student centered
b.      Guru mampu menguasai dan terampil dalam melatih keterampilan proses yang digunakan dalam pembelajaran
c.       Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan proporsi jawaban benar siswa serta sebagian  tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan tuntas
d.      Respon siswa terhadap komponen kegiatan belajar mengajar yaitu berminat mengikuti pembelajaran berikutnya jika digunakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses dalam setting pembelajaran tipe NHT.
e.       hasil belajar siswa yang di ajar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam setiap pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada siswa yang di ajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT  

B.     Saran
1.      Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilan kooperatif sebelum dan selama pembelajaran agar siswa mampu meningkatkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut
2.      guru perlu menambah wawasan tentang teori mengajar dan model-model pembelajaran yang inovatif
3.      agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat berjalan dengan baik sebaiknya guru membuat perencanaan belajar dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan dan untuk setiap konsep ditentukan metodenya atau pendekatan yang akan digunakan serta proses yang akan dikembangkan.



DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar:. Jakarta. Rineka Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia:. Jakarta. Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiyono, 2002. Belajar dan Pembelajaran:. Jakarta. Rineka Cipta
Ibrahim. M. 2000. Strategi Belajar Mengajar Matematika Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Muslich Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual:. Jakarta.  Bumi Aksara.

yulianni, 2008. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Nembered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Kajang Kabupaten Bulukumba. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.









Nama Mahasiswa   : HASAN
NIM                         : K 10540 1983 08
Jurusan/prodi         : Pendidikan Guru Sekolah Dasar /S1

Bab
Komponen
Kriteria
Skala
Penilaian
1
Pendahuluan

Profil proses pembelajaran dikelas




Profil hasil belajar




2

Rumusan dan pemecahan masalah
Rumusan masasalah berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar




Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah




Ada argument logis pilihan tindakan




3
Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah




4
Kajian pustaka
Relevansi antara konsep/ teori yang dikaji dengan permasalahan





5
Prosedur pelaksanaan
Jelas jumlah siswa, tempat dan waktu pelaksanaan P2K




Membuat rpp berdasarkan standar kompetensi




Membuat alat evaluasi berdasarkan tujuan pembelajaran




Implementasi rpp di kelas minimal 4 kali pertemuan




Implementasi alat evaluasi di kelas setelah 4 kali pertemuan pembelajaran




6
Hasil pelaksanaan dan pembahasan
Menyajikan  hasil setiap evaluasi dengan data lengkap yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi




Perlu ditambahakan hal yang mendasar yaitu perubahan pada diri siswa, lingkungan, guru berupa perubahan proses dan hasil belajar




Pembahasan dilakukan dengan mengaitkan temuan dengan tindakan, indkator keberhasilan, serta kajian teoritik dan empirik




7
Simpulan dan saran
Menyajikan simpulan hasil pelaksanaan (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan




Saran tindak lanjut diberikan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil pelaksanaan pembelajaran inovatif di kelas




8
Daftar Pustaka
Daftar pustaka relevan dan penulisannya sesuai ketentuan






Jumlah




Keterangan
·        Nilai : 1 kurang sekali: 2 kurang: 3 baik: 4 baik sekali
·        Penentuan Nilai Akhir (NA) P2K
NA = (jumlah nilai guru pembimbing + jumlah nilai dosen pembimbing)/2
·        Interval Nilai            
                             
Gowa,    Novemeber 2010
                            Dosen pembimbing                                          
                           Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd                                



Perolehan Hasil Pembelajaran Siswa Tanp A Menggunakan Pembelajaran Koopratif Tipe NHT Dengan Mengunakan Pembelajaran Koopratif Tipe NHT

No.
Nama
Siklus I
Siklus II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
MUH. RIFAI
ISMAIL
MUH. AKBAR
SUANDI
MUH. UKASA NUNGGIO
A. MUH. ABDI HABIBI
A. AHMAD DANI
MUH. DWI ALFARIZIN
SYAMSUL RIZAL
NAHRUL ATTAR
MUH. IMAM
MUH. IKWANUL BUHARI
RIAN ANANDA ANUGRAH
HADI SETIAWAN
MUH. AGUNG SAPUTRA
MUH. HARUN YUSUF
NURHIDAYAH
A. AHMAD HISYAM
DIANA SARI
DESI FITRIANI HADI
FAUDI GUNAWAN
MUH. FAHRUL
YUSNANDAR
FITRIANI
NADILLAH ARMAYANTI
NURINDAH PERMATA
SRI WAHYUNI NUR
YUNITA TIRO
NURINDAH
INTAN APRIANTI
NUR AULIAH
SISKA AINUN SARI
SRI WAHYUNI K
RISKA TRIMADANI
FARAMITA NUR
AZZAHRA PURNAMA
SRI YULIANA
CICI NURMAYUNITA
TIARA CAHYANI
40
70
50
65
80
65
70
60
80
65
65
65
70
65
65
50
65
75
80
100
65
50
45
50
70
65
65
70
65
40
70
70
40
50
60
50
50
45
65
70
80
70
80
90
75
80
75
90
80
80
80
60
75
70
70
80
95
90
100
80
70
75
70
85
80
85
85
65
60
80
65
70
75
75
70
75
65
80
DATA HASIL PENELITIAN

No.
Siklus_1
Siklus_2
Peningkatan
kode
Tuntas_1
Tuntas_2
1
95
95
-
Tetap
Tuntas
Tuntas
2
70
80
10
Naik
Tuntas
Tuntas
3
50
70
20
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
4
65
80
15
Naik
Tuntas
Tuntas
5
80
90
10
Naik
Tuntas
Tuntas
6
65
75
10
Naik
Tuntas
Tuntas
7
70
80
10
Naik
Tuntas
Tuntas
8
60
75
15
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
9
40
70
30
Naik
Tidak Tuntas
Tuntas
10
65
80
25
Naik
Tuntas
Tuntas
11
65
80
15
Naik
Tuntas
Tuntas
12
70
60
-10
Turun
Tuntas
Tidak tuntas
13
65
75
10
Naik
Tuntas
Tuntas
14
65
70
5
Naik
Tuntas
Tuntas
15
50
70
20
Naik
Tidak Tuntas
Tuntas
16
65
80
15
Naik
Tuntas
Tuntas
17
75
95
20
Naik
Tuntas
Tuntas
18
80
90
10
Naik
Tuntas
Tuntas
19
100
100
-
Tetap
Tuntas
Tuntas
20
65
80
15
Naik
Tuntas
Tuntas
21
50
70
20
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
22
45
75
25
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
23
50
70
20
Naik
Tidak Tuntas
Tuntas
24
70
85
15
Naik
Tuntas
Tuntas
25
65
80
15
Naik
Tuntas
Tuntas
26
65
85
20
Naik
Tuntas
Tuntas
27
70
85
15
Naik
Tuntas
Tuntas
28
65
65
Tetap
Tuntas
Tidak tuntas
29
40
60
20
Naik
Tidak Tuntas
Tuntas
30
70
80
10
Turun
 Tuntas
Tuntas
31
70
65
-5
Naik
Tuntas
Tuntas
32
40
70
30
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
33
50
75
25
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
34
60
75
15
Naik
Tidak tuntas 
Tuntas
35
50
70
 20
Naik  
 Tidak tuntas
Tuntas  
36
70
65
-5
Naik
Tuntas
Tuntas
37
65
85
20
Naik
Tuntas
Tuntas
38
40
70
30
Naik
Tidak tuntas
Tuntas
39
70
80
10
Turun
 Tuntas
Tuntas
Nama Mahasiswa     : HASAN
NIM                           : K 10540 1983 08
Jurusan/prodi           : Pendidikan Guru Sekolah Dasar /S1

Bab
Komponen
Kriteria
Skala
penilaian
1
Pendahuluan

Profil proses pembelajaran dikelas




Profil hasil belajar





Rumusan dan pemecahan masalah
Rumusan masasalah berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar




Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah




Ada argument logis pilihan tindakan




2
Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah




3
Kajian pustaka
Relevansi antara konsep/ teori yang dikaji dengan permasalahan




4
Prosedur pelaksanaan
Jelas jumlah siswa, tempat dan waktu pelaksanaan P2K




Membuat rpp berdasarkan standar kompetensi




Membuat alat evaluasi berdasarkan tujuan pembelajaran




Implementasi rpp di kelas minimal 4 kali pertemuan




Implementasi alat evaluasi di kelas setelah 4 kali pertemuan pembelajaran




5
Hasil pelaksanaan dan pembahasan
Menyajikan  hasil setiap evaluasi dengan data lengkap yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi




Perlu ditambahakan hal yang mendasar yaitu perubahan pada diri siswa, lingkungan, guru berupa perubahan proses dan hasil belajar




Pembahasan dilakukan dengan mengaitkan temuan dengan tindakan, indkator keberhasilan, serta kajian teoritik dan empiric




6
Simpulan dan saran
Menyajikan simpulan hasil pelaksanaan (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan




Saran tindak lanjut diberikan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil pelaksanaan pembelajaran inovatif di kelas




7
Daftar pustaka
Daftar pustaka relevan dan penulisannya sesuai ketentuan






Jumlah






Keterangan
·        nilai : 1 kurang sekali; 2 kurang; 3 baik; 4 baik sekali
·        penentuan nilai akhir (NA) P2K
NA = (jumlah nilai guru pembimbing + jumlah nilai dosen pembimbing)/2
·        Interval Nilai

Gowa,    November 2010
Guru pembimbing

Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd
   














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
NAMA SEKOLAH              :       SD. INPRES TINGGIMAE
MATA PELAJARAN         :       MATEMATIKA
KELAS / SEMESTER         :       IV / I
ALOKASI WAKTU             :       3 x 35 MENIT
I.            Standar Kompetensi
Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan

II.            Kompetensi Dasar
Melakukan operasi perkalian dan pembagian

III.            Indikator
Melakukan operasi perkalian dan pembagian secara bersusun

IV.            Tujuan Pembelajaran
1)      Siswa dapat melakukan operasi perkalian secara bersusun
2)      Siswa dapat melakukan operasi pembagian secara bersusun

V.            Materi Ajar
Perkalian dan pembagian dengan cara bersusun pendek

VI.            Metode dan Model
·         Metode  :  Ceramah, tanya jawab, pengamatan, dan pemberian tugas
·         Model    :  Numbered Heads Together ( NHT )

VII.            Langkah-Langkah Pembelajaran
A.    Kegiatan Awal :
Ø    Berdoa
Ø    Mengabsen
Ø    Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ø    Apersepsi
B.     Kegiatan Inti
Ø    Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan
Ø    Guru mengadakan tanya-jawab kepada siswa
Ø    Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis sesuai contoh yang diberikan
Ø    Guru memberikan kuis kepada siswa
C.    Kegiatan Akhir
Ø    Kesimpulan
Ø    Pemberian tugas / PR

VIII.      Media dan Sumber Belajar
Media                           :    Tabel perkalian
Sumber Belajar         :    Buku Paket Matematika Kelas IV Penerbit PT. TIGA SERANGKAI

IX.      PENILAIAN
Teknik   :    Tertulis

Selesaikanlah soal-soal berikut dengan cara bersusun pendek !
1)      482 x 52   =
2)      528 x 53   =
3)      574 x 56   =
4)      29.592 : 6 =
5)      1408  : 32 =




*KUNCI JAWABAN *
1)      25064            2)   27984            3)  32144

4 )   4932            5 )   44



Tinggimae, 12-10-2010

Mengetahui,
Guru Pembimbing                                                                      Mahasiswa

( Abd. Rahman, S.Pd )                                                                Hasan
   Nip. 132212594                                                                        nim. 10540 1983 08

Dosen Pembimbing,



( Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd )






                                                                                                        

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
NAMA SEKOLAH              :       SD. INPRES TINGGIMAE
MATA PELAJARAN         :       MATEMATIKA
KELAS / SEMESTER         :       IV / I
ALOKASI WAKTU             :       3 x 35 MENIT
I.            Standar Kompetensi
Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
II.            Kompetensi Dasar
Melakukan operasi perkalian dan pembagian
III.            Indikator
Melakukan operasi perkalian dan pembagian tanpa sisa
IV.            Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat melakukan operasi perkalian tanpa sisa
2.      Siswa dapat melakukan operasi pembagian tanpa sisa
V.            Materi Ajar
Perkalian dan pembagian tanpa sisa
VI.            Metode dan Model
·         Metode  :  Ceramah, tanya jawab, pengamatan, dan pemberian tugas
·         Model    :  Numbered Heads Together ( NHT )
VII.            Langkah-Langkah Pembelajaran
a)      Kegiatan Awal :
Ø    Berdoa
Ø    Mengabsen
Ø    Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ø    Apersepsi
b)     Kegiatan Inti
Ø    Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan
Ø    Guru mengadakan tanya-jawab kepada siswa
Ø    Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis sesuai contoh yang diberikan
Ø    Guru memberikan kuis kepada siswa
c)      Kegiatan Akhir
Ø    Kesimpulan
Ø    Pemberian tugas / PR
VIII.            Media dan Sumber Belajar
Media                           :    Tabel perkalian
Sumber Belajar         :    Buku Paket Matematika Kelas IV Penerbit PT. TIGA SERANGKAI
IX.      Penilaian
Teknik   :    Tertulis

Selesaikanlah soal-soal berikut :
1)      Suatu Dusun terdiri atas 216 KK ( kepala keluarga ). Waktu musim penghujan tiba, tiap KK menanam 8 bibit rambutan. Berapa jumlah bibit rambutan yang mereka tanam ?...
2)      Jumlah Murid SD Majujaya 252 Anak. Tiap murid membeli 6 buku tulis. Berapa buku tulis yang mereka beli ?...
3)      Ibu memetik 760 apel. Semua apel tersebut dimasukkan kedalam 8 keranjang. Tiap keranjang berisi apel yang jumlahnya sama. Berapa banyak apel dalam setiap keranjang tersebut ?...
4)      Pak Maman sedang memanen 414 buah kubis. Kubis tersebut dimasukkan kedalam 9 karung. Berapa kubis isi tiap karung ?...
5)      Pada suatu hari di sebuah Taman Wisata selama 6 jam jumlah karcis yang terjual 2.916 lembar. Diperkirakan tiap jam pengunjung yang datang 9 Bus. Berapa rata-rata penumpang tiap bus ?...
*KUNCI JAWABAN *
1)  1728
2)   1512
3)    95
4)    46
5)    1944

Tinggimae, 16-10-2010

Mengetahui,
Guru Pembimbing                                                                      Mahasiswa

( Abd. Rahman, S.Pd )                                                                Hasan
   Nip. 132212594                                                                        nim. 10540 1983 08

Dosen Pembimbing,



( Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd )






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
NAMA SEKOLAH              :       SD. INPRES TINGGIMAE
MATA PELAJARAN         :       MATEMATIKA
KELAS / SEMESTER         :       IV / I
ALOKASI WAKTU             :       3 x 35 MENIT
I.            Standar Kompetensi
Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan

II.            Kompetensi Dasar
Melakukan operasi perkalian dan pembagian

III.            Indikator
Melakukan operasi perkalian dan pembagian dalam bentuk cerita   

IV.            Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat melakukan operasi perkalian dalam bentuk cerita
2.      Siswa dapat melakukan operasi pembagian dalam bentuk cerita

V.            Materi Ajar
Perkalian dan pembagian dalam bentuk cerita

VI.            Metode dan Model
·         Metode  :  Ceramah, tanya jawab, pengamatan, dan pemberian tugas
·         Model    :  Numbered Heads Together ( NHT )

VII.            Langkah-Langkah Pembelajaran
a.       Kegiatan Awal :
Ø    Berdoa
Ø    Mengabsen
Ø    Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ø    Apersepsi
b.       Kegiatan Inti
Ø    Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan
Ø    Guru mengadakan tanya-jawab kepada siswa
Ø    Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis sesuai contoh yang diberikan
Ø    Guru memberikan kuis kepada siswa
c.       Kegiatan Akhir
Ø    Kesimpulan
Ø    Pemberian tugas / PR
VIII.            Media dan Sumber Belajar
Media                     :     Contoh soal pembagian dalam bentuk cerita di karton dengan cara penyelesaiannya
Sumber Belajar         :    Buku Paket Matematika Kelas IV Penerbit PT. TIGA SERANGKAI
IX.       Penilaian
Teknik   :    Tertulis

Selesaikanlah soal-soal berikut :
1)      Pak Amir memindahkan 432 genteng. Ada 9 orang yang membantu memindahkan. Berapa genteng yang diusung tiap orang?...
2)      Seorang penjual beras memiliki 873 Kg beras. Beras tersebut di masukkan ke dalam 9 karung sama banyak. Berapa Kg beras dalam tiap karung?...
3)      Pak Amat panen 938 Kg kedelai. Hasil panen tersebut dibeli oleh 7 orang pembuat tempe sama banyak. Berapa Kg rata-rata kedelai yang dibeli tiap pembuat tempe tersebut ?...
4)      Seorang penjual bensin memiliki 945 liter bensin, selama satu minggu bensin tersebut habis terjual. Berapa liter rata-rata bensin yang terjual setiap hari ?...
5)      Di ladang Pak Banu terdapat pohon randu. Pada waktu panen dapat menghasilkan 3.395 randu. Randu itu dimasukkan kedalam 7 karung dengan sama bamyak. Berapa randu dalam setiap karung ?...
*KUNCI JAWABAN *
1)    48
2)    97
3)    134
4)    135
5)    485


Tinggimae, 19-10-2010

Mengetahui,
Guru Pembimbing                                                                      Mahasiswa

( Abd. Rahman, S.Pd )                                                                Hasan
   Nip. 132212594                                                                        nim. 10540 1983 08

Dosen Pembimbing,



( Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd )



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
NAMA SEKOLAH              :       SD. INPRES TINGGIMAE
MATA PELAJARAN         :       MATEMATIKA
KELAS / SEMESTER         :       IV / I
ALOKASI WAKTU             :       3 x 35 MENIT
I.            Standar Kompetensi
Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
II.            Kompetensi Dasar
Melakukan operasi perkalian dan pembagian
III.            Indikator
Melakukan operasi perkalian dan pembagian dalam bentuk cerita   
IV.            Tujuan Pembelajaran
1)      Siswa dapat melakukan operasi perkalian dalam bentuk cerita
2)      Siswa dapat melakukan operasi pembagian dalam bentuk cerita
V.            Materi Ajar
Perkalian dan pembagian dalam bentuk cerita
VI.            Metode dan Model
·         Metode  :  Ceramah, tanya jawab, pengamatan, dan pemberian tugas
·         Model    :  Numbered Heads Together ( NHT )
VII.            Langkah-Langkah Pembelajaran
a.      Kegiatan Awal :
Ø    Berdoa
Ø    Mengabsen
Ø    Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ø    Apersepsi
b.      Kegiatan Inti
Ø    Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan
Ø    Guru mengadakan tanya-jawab kepada siswa
Ø    Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis sesuai contoh yang diberikan
Ø    Guru memberikan kuis kepada siswa
c.       Kegiatan Akhir
Ø    Kesimpulan
Ø    Pemberian tugas / PR
VIII.            Media dan Sumber Belajar
Media                     :     Contoh soal pembagian dalam bentuk cerita di karton dengan cara penyelesaiannya
Sumber Belajar         :    Buku Paket Matematika Kelas IV Penerbit PT. TIGA SERANGKAI
IX.      Penilaian
Teknik   :    Tertulis
Selesaikanlah soal-soal berikut :
1)      Suatu sekolah terdiri atas 316 siswa. Dari setiap siswa membeli buku tulis 9 buah, untuk dibagikan kepada 12 anak-anak panti asuhan yang bersekolah. Berapakah rata-rata buku tulis yang didapat setiap anak jika dibagi sama banyak ?...
2)      Jumlah Murid SD Bontomanai 464 anak. Tiap murid membeli 2 perlengkapan alat sekolah, setelah terkumpul kemudian dibagikan kepada 16 anak yatim piatu. Berapakah perlengkapan yang didapat tiap anak ?...
3)      Ibu memetik 840 jeruk. Semua apel tersebut dimasukkan kedalam 7 keranjang. Tiap keranjang berisi jeruk yang jumlahnya sama. Kemudian ditambah lagi 17 coklat tiap keranjang. Berapakah keseluruhan jeruk dan apel tersebut bila dikumpulkan ?...
4)      Sebidang sawah terdiri atas 9 petak. Tiap petak dapat menghasilkan 7 karung padi. Jumlah hasil pada sebidang sawah tersebut 4.662 Kg. berapa Kg berat rata-rata tiap karung padi ?...
5)      Ada 7 andong atau kereta kuda. Tiap satu kereta kuda membawa 5 karung kedelai. Jumlah kedelai yang dibawa 2.205 Kg. berapa Kg rata-rata kedelai tiap karung ?...
*KUNCI JAWABAN *
1)    237
2)    58
3)    2040
4)    74
5)    63



Tinggimae, 23-10-2010

Mengetahui,
Guru Pembimbing                                                                      Mahasiswa

( Abd. Rahman, S.Pd )                                                                Hasan
   Nip. 132212594                                                                        nim. 10540 1983 08

Dosen Pembimbing,



( Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd )













Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR RIWAYAT HIDUP